Tugas cerpen B. Indonesia : Petualangan Bruno dan Teman Barunya

Nama aku adalah Bruno, aku adalah anak semata wayang, maka dari itu keluargaku sangat memanjakan aku. Aku meminta beli handphone pasti dibelikan, beli playstation pasti dibelikan, beli permen karet? apalagi. Tetapi aku kurang suka dimanja, berangkat ke sekolah diantar, pulang juga dijemput. Ini sangat bertolak belakang dengan sifatku yang suka berpetualang dan tertarik dengan hal yang menantang.

Nama ayahku adalah Raul Lemas, beliau bekerja di perusahaan ternama di kota. Dan ibuku Kerisdayan, dari namanya saja sudah pasti tau, beliau percaya dengan hal gaib dan mistis dan ibuku memiliki butik yang lumayan terkenal. Ya, aku tau, pasti kalian menganggap aku ini anak yang beruntung, sangat betul tapi aku sangat tersiksa di rumah, tidak boleh keluar rumah.

Tetapi semua itu berubah ketika ada murid baru di kelasku. Dia bernama Molen yang berasal dari Bandung, “Apa ayahnya tidak memiliki ide ya saat anak ini dilahirkan?” batinku. Dan dia duduk di sebelahku. Awalnya, aku kira dia sombong, ternyata dia sangat ramah dan humoris, dan ada satu lagi yang membuat aku tertarik dengannya yaitu sifat aku dan dia sama, suka berpetualang.





Esoknya, Molen bertanya kepadaku “Uno, malam ini keliling kota yuk? Bosan di rumah terus, pasti kamu udah kenal kota ini kan?” “Hah? Maaf Mol, aku gak tau kota ini seperti apa, aku sangat dikekang di rumah.” “Bagaimana kalau kamu diam–diam pergi?” tanyanya lagi “Boleh juga tuh, nanti jemput aku ya di rumah!” “Siap bos.”

Malamnya, aku menunggu Molen, dan aku sangat beruntung karena orang tuaku sedang lembur, tetapi aku merasa ada yang janggal “Oh iya, aku lupa memberi tahu alamat rumah ini, sial tidak jadi keliling kota malam ini.” Tiba-tiba hp-ku berdering, ternyata ada sms “Cepat keluar! Aku sudah menunggumu di depan rumah.” Tanpa fikir panjang, aku langsung bergegas meninggalkan rumah dengan langkah perlahan.

Ternyata Molen mengendarai sepeda motor. “Wah No, kamu lupa ngasih tau alamat rumahmu.” Kata Molen dengan nada agak kesal. “Iya, maaf ya Mol, tapi dari mana kamu tau alamat rumahku?” tanya aku. “Molen gitu, pakai sistem T3.” “Apaan tuh?” tanyaku penasaran, “Tanya teman dan tetangga.” “Ha ha ha, ada ada aja. Oke, ayo keliling kota!” seru aku.  “Tapi pakai ini dulu!” kata Molen sambil memberikan aku helm berstandar nasional, “Biar aman dan tidak kena tilang.” Kata Molen sambil tertawa kecil, aku langsung memakainya dan molen langsung tancap gas.

“Kita mau kemana Mol?” tanyaku, “Tanya pada peta!” ucapnya bercanda, aku hanya tertawa kecil.  “Bagaimana kalau ke Monas?” tanyanya. “Ha? Monumen Asmara?” tanyaku memastikan. “Iya, itukan tempat lumayan bersejarah, seingatku itu tempat bertemunya Sutisna dengan Suyanto.” “Hah? Mereka berdua cinta sesama jenis?” tanyaku kaget. “Bukan, namanya itu Suyantolenggini. Mereka itu pasangan legendaris di kota ini.” “Oh, okedeh.” Sesampainya disana banyak sekali pasangan sedang merajut tali kasih. Tapi sayangnya aku bersama Molen dan kita sama-sama laki-laki, “Mol, jangan deket-deket ya, ntar dikira pasangan juga lagi.” “Siapa juga yang mau sama kamu ?” bentak Molen. Karena tidak begitu seru, kita hanya memotret monumennya. Dan langsung pergi ke tempat balapan liar di kota ini.

Sesampai disana kami sangat terkejut, banyak laki-laki kekar dan perempuan yang memakai baju ketat. “Mol, kayaknya kita salah milih tempat.” Ujarku. “Gak, gak salah sama sekali liat nih ada yang mau bertanding.” Katanya dengan penuh semangat. Arena balapnya hanya jalur lurus, kami menonton paling depan. Dan ketika dua pembalap bersiap bertanding ada seorang perempuan yang sangat cantik mulai menghitung mundur “3,2,1…go!” “Breeeeeem breeeem” begitu suara mesin dari kedua motor tersebut dan pada akhirnya yang menang adalah yang memang sudah ahli di lintasan ini.

“Keren sekali ya balapannya Mol ? loh Mol kamu dimana ?” aku berbicara sendiri karena sangat bingung, dan ketika melihat ke garis finish tersebut aku melihat Molen berbicara dengan yang menang yang ternyata bernama Deken dan terdengar “Aku ingin balapan dengan mu.” Tantang Molen dengan tegas. Deken tertawa sangat keras, “Baik, aku terima tantanganmu, mau taruhan apa?” “Motor dengan motor!” ucap Molen dengan sangat percaya diri. “Aku terima.” Ucap Deken sambil bersalaman dengan Molen.

Aku tidak berani mendekati karena suasana disana sangat tegang, aku hanya berdoa semoga Molen menang karena aku tidak mau pulang jalan kaki. Dan wanita cantik itu menghitung mundur lagi “3,2,1…go!” “Breeeeem breeeeem”  suara itu terdengar lagi, dan ternyata, wow, Molen bisa mengimbangi kecepatan Deken dan pada akhirnya, “Deken menang lagi!” terdengar teriakan “Apa? Molen kalah? Tidak, pulang jalan kaki deh.” Batinku dengan agak sedih. 

Setelah itu, Deken berpidato kecil “Walaupun anak ini kalah, tapi aku tidak akan mengambil motornya, yang dibutuhkan balapan itu besarnya keberanian bukan besarnya taruhan.” Tepuk tanganpun bergemuruh, dan Deken bersalaman lagi dengan Molen, Molen berterima kasih karena tidak diambil motornya. “Kita beruntung motormu tidak diambil.” Kataku sedikit agak kesal. “Ya, sangat beruntung.” Ucap Molen.

Tiba-tiba terdengar sirene polisi, “Polisi, ada polisi, cabut cabut!” terdengar teriakan, kita langsung lari dengan sangat kencang dan langsung menyalakan motor, dan Molen tancap gas sekencang-kencangnya, ketika itu aku tersenyum, “Jadi, ini rasanya berpetualang, walau jantung berdebar dan sedikit rasa takut tapi kita terus menghindari polisi.” Batinku dalam hati.  “Huah, untung lolos dari polisi.” Kata Molen sambil menarik nafas. “Iya ha ha, seru banget!” Molen pun mengantar aku pulang, “Molen terima kasih banyak ya!” “Iya, sama-sama, kapan-kapan lagi yuk?” “Oke” kataku dengan sangat senang.

Beruntung, orang tuaku ternyata menginap di tempat kerja, dan pembantu-ku mengira aku sudah tertidur, dan aku mengendap-endap masuk ke rumah dan ke kamar. Aku langsung berbaring, “Terima kasih Tuhan, Kau memberikan aku kesempatan untuk berpetualang walau hanya 1 kali.” Tak lama aku pun sudah terlelap.   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelangi

Guru-guru di hari buruk Senin T.T

Kesadaran Menjaga Alam itu Tumbuh saat Kuliah

Beruntung