Lumajang Punya Cerita (Part 1)

Lebaran...
Hari dimana semua orang bersuka cita akan hari kemenangan.

Lebar-an...
Dampak dari lebaran.

Yait, setelah menguruskan badan di bulan puasa, malah makin gendut pas lebaran. Lemak di tubuh gua sepertinya tercipta hanya untuk dikembangbiakan, tidak untuk dimusnahkan. Ngomong-ngomong, kalian lebaran kemana aja? Ke rumah saudara? Ke kampung? Silaturahmi ke rumah pacar? Nyekar kuburan? Well, gua memilih untuk ke kampung kakek gua yaitu Lumajang!

Kalian tau dimana Lumajang? 

Mengutip dari WikipediaKabupaten Lumajang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa TimurIndonesia. Ibu kotanya adalah Lumajang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Malang di barat. Kabupaten Lumajang terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Daerah yang gua singgahi terletak di kecamatan Pasirian.

Kalian tahu ga seberapa jauh Lumajang dari Jakarta? 

Kira-kira 700km dari Mall Kelapa Gading, kalo naik grabbike butuh 2,31 M, naik grabcar butuh 3,71 M, kalo naik kereta ke Malang dulu (15 jam) lanjut naik travel (3 jam). Ya, lumayan jauh lah ya. Ternyata, selama kurang lebih 3 hari 2 malam gua menetap di Lumajang, ada banyak hal yang bisa gua pelajari.

Hal pertama yang gua pelajari adalah, keluarga kakek gua banyak banget. Malem pertama gua sampai rumah saudara di Lumajang, tangan gua mungkin hampir 10 kali salim sama orang. Ada yang udah sepuh, ada yang udah kepala lima, ada yang kepala empat, dan berbagai macam jumlah kepala lainnya. Gua sempet tanya sama Bokap,

"Pah, aku gapunya saudara yang seumuran?"

"Papa ngga tau,"

dan ternyata, yang seumuran sama gua, tepatnya 20 tahun, menjadi salah satu alasan gua datang ke sini yaitu Nikah. Gua malah merasa makin muda dan berdarah segar.

Hal kedua yang gua pelajari adalah budaya ngobrol di Jawa Timur itu sangat kental. 
Gua sampai di rumah saudara kira-kira 20.30, langsung disambut suka cita bak Malin Kundang yang lama tak datang dan tiba-tiba sukses, dikasih sesajen makan malem, lanjut tuh ngobrol sampai jam 22.30, Bokap gua enak masih bisa bahasa Jawa, lah gua? 

"Kerasan ga Dek tinggal di sini?,"
"(kerasan apaan ya)....Keras kok..."

yang ternyata artinya, "nyaman ga tinggal di sini?" dan juga, orang di sana, jarang banget pake Bahasa Indonesia, mereka kaya asing dan logatnya agak beda kalo make Bahasa Indonesia. 


Setiap abis makan, kita pasti ngumpul buat ngobrol, ngobrolnya macem-macem, ada yang ngomongin masalah keluarga jauhnya, masalah tetanggal, ini sih jatohnya ngegosip ya daripada ngobrol. Cuma dengan ngobrol aja kita bisa habisin waktu kurang lebih 2 jam, yang gua tangkep adalah, kalau mau "hidup" di daerah, kita harus ngerti bahasanya, karena hidup bukan cuma sekedar makan atau minum, tapi juga berkomunikasi. Percuma perut kenyang tapi ngga ada yang bisa diajak bicara.

Selanjutnya adalah Lumajang punya banyak tempat rekreasi! Sayangnya, gua cuma mendatangi tiga tempat yaitu Piket Nol, Jembatan Perak, dan Pantai Bambang. 


Dua foto di atas ini adalah Piket Nol. Bingung ya tempat rekreasi kok ngga ada apa-apa? Ternyata, Piket Nol adalah titik tertinggi menuju Lumajang dan menuju Malang, liat di foto atas, jalanannya turun semua kan? Jalan menuju Piket Nol seru banget, di kiri kita jurang, mobil yang gua naikin Carry pula, jadi rada deg-degan selama perjalanan. Sayangnya, di sepanjang jalan ini tepatnya di tiap tikungan ada beberapa orang yang mencari uang dengan cara buruk, yaitu minta-minta ke tiap mobil atau motor lewat. Bule gua pernah naik motor lewat sini dan ga ngasih duit, alhasil tasnya ditarik. Penuh wisata sayangnya orang-orang di sana malah bikin ga nyaman.


Selanjutnya, adalah Jembatan Perak...
Ada apa ya di sana? 




to be continued...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelangi

Guru-guru di hari buruk Senin T.T

Kesadaran Menjaga Alam itu Tumbuh saat Kuliah

Beruntung