Refleksi Diri (After Ramadhan Effect)

Ramadhan tahun ini, gua belajar banyak hal. Dari yang bernilai personal sampai ke keluarga. Ramadhan memang harusnya menjadi bulan untuk introspeksi dan mensyukuri. Karena itulah hakikat bulan Ramadhan.

Ya, Ramadhan tahun ini jatuh sehari setelah UAS semester empat gua kelar. Agak bersyukur karena gua yang sebelumnya ngekos pada Ramadhan tahun lalu pada waktu itu susah banget buka puasa bareng keluarga (lebih tepatnya buka puasa gratis). Ya, gua sangat bahagia dengan bulan Ramadhan karena itulah waktu kita bisa bertemu hampir semua orang yang udah lama kita ga temui. 

Ramadhan menjadi momen reuni, entah itu dengan orang yang paling lu kenal sampai reuni dengan entah dia siapa. Misalnya, gua buka bersama dengan paskibra SMP gua yang sudah menginjak angkatan 13 which is 7 tahun di bawah gua. Gua kenal sama mereka? Sama sekali ngga. Mereka kenal sama gua? Kaga mungkin! Tapi, itulah uniknya. Kita dipersatukan oleh bulan ini tanpa perlu saling kenal (meskipun akhirnya kenalan hehe).

Ramadhan dan Juni juga bikin dag dig dug seluruh mahasiswa (khususnya UI sih), ya gimana ngga? Nilai a.k.a indeks prestasi lu muncul pas bulan ini. Di awal sampe pertengahan bulan Juni kerjaan gua cuma refresh SIAK (website cek nilai UI). Gua kaya lagi ngeliatin perkembangan toge atau metamorfosis, dari empty - not published - nilai lu. Alhamdulillah, dendam semester tiga gua terbalas, gua mengakhiri semester empat dengan senyuman.

Tak cuma personal, Ramadhan juga menyentuh ranah keluarga gua. Iya, nyokap gua pada bulan-bulan sebelumnya sedang ikut seleksi Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Pada bulan inilah, jadi titik akhir apakah nyokap gua berhasil atau ngga. Jujur, gua udah terlalu lelah liat nyokap gua berusaha keras untuk sesuatu karena beliau pasti melakukannya sangat total. Ya, dengan perjuangan berbelit dan beberapa sandiwara politik, nyokap gua berhasil. Selamat, mah!

Ramadhan tiap tahunnya memang menghadirkan cerita berkesan. Tiap harinya memiliki nilai tersendiri kalau kita jeli melihat dan merasakannya. Mungkin, itu adalah cara Tuhan untuk memperlihatkan kepada kita mengenai lelahnya berusaha (proses) dan nikmatnya bersyukur (hasil).

Akhir kata,
Selamat Iedul Fitri 1438 H
Semoga kita kembali ke fitrah dan menjadi pribadi yang terus memperbaiki diri


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelangi

Guru-guru di hari buruk Senin T.T

Kesadaran Menjaga Alam itu Tumbuh saat Kuliah

Beruntung