Drama si Pitung (sedikit berbeda)
Si Pitung, Pendekar
Silat Betawi
Pemeran:
Rijal (Pitung @rijal_B)
Tubagus (Kawan Pitung @TBfaiz)
Eka (Orang Kaya Belanda @ekasuryaputra98)
Tubagus (Kawan Pitung @TBfaiz)
Eka (Orang Kaya Belanda @ekasuryaputra98)
Aboy (H. Naipin @aboyable)
Jembrong (Kompeni @ozanCLC)
Upil (Narator @maupiljo)
Jembrong (Kompeni @ozanCLC)
Upil (Narator @maupiljo)
Ipung (Kompeni)
Ucup (Ayah si Pitung @yusuff_anwar)
Ucup (Ayah si Pitung @yusuff_anwar)
Pada jaman penjajahan, di Betawi, hiduplah seorang pendekar
silat yang baik hati bernama Pitung, ia belajar silat dan mengaji dari H.
Naipin bersama kawan-nya, Fatih, Pitung selalu bercita-cita agar bisa menjadi pembela
kebenaran, dan bertekad selalu membela yang lemah.
(Drama dibuka dengan Aboy, Rijal, dan Tebe membaca Al-quran)
Aboy : “Setelah ini, mari kita
latihan silat.”
Rijal & Tebe :
“Baik guru.”
(Sedikit atraksi dari RIjal dan Tebe)
Aboy : “*tepuk tangan* Bagus-bagus,
makin hari, kalian makin kompak dan hebat, sebentar lagi kalian akan siap ke dunia luar,
dan menjadi pembela kebenaran di dunia nyata, terutama
kau Pitung”
RIjal :
“Semua ini berkat guru yang telah membimbing kami, dan tentu saja Fatih juga
bisa menjadi pembela kebenaran.”
Tebe :
*hanya tersenyum kecut*
Aboy :
“Sebelum kalian lulus, gue akan ajarkan jurus kebal dan bisa menghilang ke lo
lo pade dengan syarat kalian tidak boleh
menikah sampai akhir hayat dan jurus ini hanya lemah terhadap
peluru emas”
Setelah lulus dari perguruan, Pitung membantu ayahnya
berjualan, hingga suatu hari, ketika si Pitung pulang dengan membawa uang hasil
penjualan, salah seorang kompeni meminta pajak kepada Ayah si Pitung dengan
kasar
Jembrong : “Where
is my pajak?” dengan nada membentak
Ucup :
“Maaf sir, kami sedang tidak ada uang.”
Jembrong : “Halah
alasan! *sambil membanting sesuatu* Apakah you mau rumah you kami gusur?”
Ucup :
“Tidak mau sir, tapi benar kami sedang tidak punya uang.”
RIjal :
“Hey apa-apaan ini!” dengan nada sedikit berteriak
Jembrong : “Ouh
jadi ini anak you, kelihatannya you membawa uang, *mengambil uang si Pitung dan berbalik
badan*”
RIjal :
*mau memukul* *ucup menarik tangan rijal*
Ucup :
“Jangan nak, nanti bisa bermasalah” Dengan nada berbisik
Jembrong : “Oke
ini cukup”
Setelah itu, Si Pitung berniat membalaskan dendam kepada Kompeni
tetapi dengan cara diam-diam, suatu hari ia melihat ada seorang pencopet yang
menyopet seorang kompeni dan kompeni itu hanya kebingungan melihat uangnya yang
telah tiada
Eka :
“Help, uang saya hilang, help”
Rijal :
“Gue punya ide nih” sambil tersenyum
Ternyata Pitung berniat mencopet bahkan mencuri rumah orang kaya
tetapi kompeni Belanda dan hasil curiannya itu dibagi-bagikan kepada masyarakat
miskin sekitar, hari pertama kedua dan ketiga ia berhasil dengan mulus tanpa
ketahuan, tetapi esoknya terjadi perbincangan di gedung Belanda yang mendapat
kabar banyak warga Belanda yang kemalingan,
Jembrong : “Bagaimana
ini, banyak sekali korban kemalingan”
Ipung :
“Saya juga tidak tahu sir, saya juga kemalingan”
Jembrong : “Ini
salahmu, kau yang harusnya bisa menjaga kedamaian warga belanda, kau yang
bertanggung jawab, *sambil membanting meja*”
Malamnya, Pitung kembali menjalankan aksinya di salah
seorang rumah warga Belanda, dan tak sengaja ia membuat sedikit keributan,
akhirnya terjadi baku hantam
Jembrong : “Jadi
ternyata kau pencurinya selama ini! *mengambil pistol*
Rijal :
*hanya diam*
Jembrong :
*menembak* Loh kenapa tidak mempan?”
RIjal :
“Ha ha ha *tertawa lalu menghilang*
Pitung pun tertawa puas selama perjalanan pulang ke
rumahnya, ia lalu membagi-bagikan kepada masyarakat miskin di sekitar rumahnya,
esoknya Kompeni melakukan rapat lagi
Jembrong : “Sekarang
rumah ku kemalingan, padahal aku sudah menembaknya tetapi sama sekali tidak mempan!”
Eka :
“Benar bos, semua warga belanda yang lain bilang kalu dia tidak mempan ditembak
dan
benar-benar jago silat!”
Jembrong : “Bagaimana
cara kita menghentikan dia?”
Ipung :
“Kita dekati teman dekatnya bos! Lalu kita Tanya apa kelemahan dia!”
Jembrong : “Ternyata
you pintar juga ya”
Siang itu, Pitung pun membantu Ayahnya berjualan di Pasar,
dan tak sengaja bertemu Fatih
RIjal :
“Wah Fatih, long time no see” *berpelukan
Tebe :
“Ha ha iya, mau kemana lu Pitung?”
Rijal :
“Oh ini, mau bantuin bapak gua jualan”
Tebe :
“Oke, semangat Tung”
Ternyata selama percakapan mereka, 3 Kompeni itu melihat
percakapan mereka dan ketika mereka berpisah, Fatih dicegat oleh ke-3 Kompeni
itu,
Jembrong : “Kau
teman si Pitung kan?” *mendorong tebe*
Tebe :
“Memang kenapa? Apa urusannya denganmu?” *membalas dorongannya*
Ipung dan Eka : “Hey
jangan macam-macam kamu”
Lalu terjadi perkelahian dan dimenangkan oleh Fatih, tetapi
Ipung :
“Sial, dia sama kuatnya dengan pitung”
Tebe :
*berjalan meninggalkan mereka*
Jembrong : “Hey,
apakah you mau 1000 keping emas?”
Tebe :
*menoleh* “tentu saja”
Jembrong : “Tolong
beritahu kami kelemahan si Pitung, sekarang juga akan aku berikan”
Tebe :”Kebetulan
sekali, aku memang sangat kesal dengan dia tetapi aku tidak gampang disogok seperti itu”
Eka :
“Bagaimana dengan 1001 keping emas?”
Tebe :
“Setuju”
Lalu ia mendekat ke koloni itu, dan menceritakan kelamahan
si Pitung, dan Fatih langsung diberikaan 1001 keping emas, esok harinya Para
Koloni itu mengganggu penduduk sekitar rumah Pitung untuk memancing Pitung agar
keluar, lalu Pitung datang
Rijal :
“Hey apa yang kalian lakukan?!”
Jembrong : “Mau
apa kau? Berani kau terhadap kami?”
Rijal :
*hanya tersenyum* “Memang, siapa yang takut denganmu, *kuda-kuda silat*”
Eka & Ipung :
“Biar kami yang hadapi bos,” lalu terjadi baku hantam tetapi Pitung menang
dengan mudah
Rijal :
“Lihat? Kalian tidak berdaya di hadapanku!”
Jembrong : *mengangkat
pistol, peluru pertama adalah peluru biasa, peluru kedua adalah peluru emas* “Dor”
Rijal :
“Peluru biasa tidak mempan padaku ha ha”
Jembrong : *dor*
RIjal :
“Arghhhhh, bagaimana kau tahu?”
Jembrong : “Mudah
saja, diantara teman yang baik pasti dia memiliki teman yang buruk. Dan jika kau teman
baiknya, tentunya kau tahu siapa teman burukmu”
RIjal :”Sial
kau Fatih”
Akhirnya kisah Pitung pun berakhir dengan tragis, meninggal
di tangan koloni, dikhianati teman sendiri, dan tak menikah hingga air
khayatnya. Sampai kini, tidak diketahui letak makam Si Pitung ini. Ada yang
menyebutkan, penembakan terjadi di Jembatan Haji Ung, Kemayoran. Mayatnya
dikuburkan dengan kepala dan badan terpisah. Kepalanya dikubur di dekat pabrik
arak dan badannya dikubur di daerah Bogor
Komentar
Posting Komentar
Yuk, berikan kritik dan komentar!