BAB V: PENUTUP

"Kamu kuliah dimana?" tanya seseorang,
"Komunikasi.. UI..hehe," jawabku sedikit terputus dan agak nyengir,
"Wah pinter dong!" balasnya sedikit bersemangat,
"Alhamdulillah hehe" responku setiap ditanya seseorang.

Siapa sangka, sudah hampir tiga setengah tahun aku berada di almamater ini. Mana pernah aku berpikir bahwa cita-cita yang aku tulis dalam banyak lembaran dan formulir dapat diwujudkan dalam jurusan ini. Jujur saja, saat aku duduk di sekolah dasar, tak pernah mendengar jurusan ataupun bidang pekerjaan yang sejalan dalam ranah ini, paling mentok hanya wartawan.

Tapi itu sudut pandang dariku, aku yakin kalian berbeda, kalaupun mirip tak mungkin sama.

Komunikasi awam bagiku. Baru menjadi pilihan ketika kelas tiga semester satu, katanya minat dan kemampuanku dapat terasah di situ. "Ah masa sih?" adalah respon awalku. Usut punya usut, sudah banyak alumni sekolahku yang melanjutkan studi di sana. Tak punya kontak dan koneksi, hanya bermodal akun twitter @jurusanIPS, tertulislah Ilmu Komunikasi UI di pilihan pertama dan Sosiologi UI di pilihan kedua.

Dua bulan lebih berselang, pengumuman datang.
Salah masukan NIM/NISN, yang kudapat merah.
Ketika benar, muncul warna hijau Ilmu Komunikasi UI, dan berteriak "alhamdulillah".

Lega? Iya. Takut? Sangat.
Bagaimana kalau aku tak bisa beradaptasi?
Bagaimana kalau makhluk dari utara ini tak cocok dengan orang-orang yang berasal dari empat bagian Jakarta lainnya atau bahkan dari daerah?
Tak apalah. Yauds. Gaskeun.

Mulailah petualangan ini.



Fookyew menjadi titik awal bertemu. Seseorang bernama Geraldy menjadi kenalan pertama karena dia mengenai teman SMA-ku. Berkatmu, aku tak kesasar di Grand Indonesia. Terima kasih Geraldy. Cukup ramai saat itu, mungkin 30-40 orang duduk di situ. Tak lama, terdengar ada beberapa orang yang membicarakan sesuatu tapi terdengar di kupingku,
"ada senior di dalam grup kita loh!" katanya,
"wah siapa tuh?" beberapa orang mulai menebak dan aku hanya menyimak,
"kayanya Maulvi deh,"
"demi Allah kita seangkatan yak," responku karena kaget. Akhirnya pada ketawa. 

First impression buatku: KOCAK. First impression buat mereka: MUKA GUA TUA.

Langkah selanjutnya adalah orientasi. Mungkin sudah tak asing lagi bagi banyak orang. Paling menarik tentu saja orientasi fakultas dan orientasi jurusan. Orientasi yang  menanamkan nilai dan pengetahuan untuk bekal beberapa tahun ke depan. Tak hanya itu, kenal kakak tingkat dan teman seangkatan  jurusan sendiri dan lain, menjadi modal penting. Prinsipku dari awal satu, cari sebanyak-banyaknya teman, nantinya juga nyaman. Eh, maksudnya nyaman pertemanannya ya, cocok gitu lah.

--selebihnya udah ga serius--

Masih lanjut lagi, ada aja momen di orientasi jurusan yang selalu dikenang. Dari bikin yel-yel nama, udah gitu Irlandi doang yang paling diinget, "para..para..paradisa". Maaf Ir, tiap gua melihat lu, entah kenapa otak gua memulai lagu itu. 

Lanjut lagi, ke nametag radio yang cukup besar. Pengerjaannya membutuhkan beberapa hari, ditambah warna silver yang tidak diterima panitia, 
"jadinya warna emas biar futuristik," kata salah satu panitia,
"silver bukannya futuristik juga?" respon teman angkatan, lupa siapa yang ngomong,
"yaa.. ini keputusan panitia," kilahnya,
"dari awal harusnya ngomong gitu," kataku, dalam hati aja tapi ngomong gininya.

Berlanjut ke momen diminta untuk membuat yel-yel angkatan yang gataunya untuk suporteran, alhasil, emang dasar pada kreatif tapi salah tempat, muncullah lagu-lagu Uptown Funk, CJR, We Will Rock You yang mungkin jadi template banyak orang, dan lainnya. Jurusan lain beberapa kali terbengong mendengar lagu-lagu unik ini di pinggir lapangan.



Lagu angkatan yang mungkin masih terngiang bagi beberapa orang,
"volume 10.." teriak salah satu panitia,
"volume 20.." kata dia lagi,
"kOK gA aDa BeDAnyaAaA?!?!?!!!!!" yang menjadi penutup.

"Menghadap Wina!" arahan salah satu panitia,
"Aku di sini guys" teriak Wina dalam kegelapan AJS.

"Mana yang namanya Yasmin? Ayo ke atas panggung" kata panitia,
"Udah ada Yasmin, ALADINNYA MANAA?!?!!!!!!" teriak dia,
Waktu itu yang saya ingat, saya menjadi kaktus. 

"Bella, maju ke depan," perintahnya lagi,
"Mana Edward Cullennya????!!!!!" tanya dia,
Lagi-lagi, saya menjadi latar saja, yaitu menjadi bulan purnama agar Jacob dan kolega bisa berubah.

--serius lagi--

Bertemulah, acara-acara yang harus diikuti mahasiswa baru; olahraga, keelmuan, dan seni. FISIP Premier Games terlebih dahulu, bakat-bakat olahraga terpendamku bangkit, ya cuma tenis meja sih. Setidaknya kita berhasil menembus 5 nomor di final tenis meja, walaupun "hanya" membawa pulang empat emas. Maafkan aku, guys. Akhirnya, kita jadi juara umum di FISIP Premier Games.

Lanjut ke LIMAS, keren banget Komunikasi juara umum 3, selain pandai berolahraga, lomba ilmiah tak kalah membanggakannya. Walaupun tidak berpartisipasi, tapi bakat-bakatnya tampak di beberapa tahun berikutnya. Ada yang melanjutkan ke tingkat universitas, mewakili UI dan ada yang rutin lomba nasional dan internasional.



Nah ini, GELMAB, lomba seninya buat mahasiswa baru FISIP. Lomba yang memang bukan untuk saya. Akhirnya, yang lain belajar acting dan dance. Saya sama beberapa orang lain menjadi tukang. Dikepalai Theresa Septiani dan Maylsha Tiara, sebuah kubah hitam berisi studio musik rampung. Perjalanan tiang-tiang besi itu dari rumah Nadhifa ke FISIP sangat mendebarkan lho. Belum lagi kejadian Yasqi ngantuk saat ngebor dan Yasqi dicatok hingga lurus. Perlombaan itu ditutup dengan kemenangan Komunikasi sebagai juara umum dengan berbagai macam penghargaan.

----
Entah kenapa, ketika kita berada di titik perpisahan. Yang akan selalu teringat adalah titik pertemuan. Titik dimana momen masih sering dirajut.

Mungkin banyak dari kita yang masih belum kenal, jarang ngobrol, atau bahkan masih malu atau ragu tegur sapa. Kalau itu gua, secara personal gua minta maaf. Tapi di luar sana, nantinya, jangan pernah lupa kalau kita pernah disatukan di Komunikasi 2015. Kita pernah sama-sama berjuang untuk mendapat kursi-kursi itu. Kita pernah melewati bersama orientasi yang mungkin minim esensi, tapi akhirnya menjadi kisah yang siap dibagi. Kita sama-sama terbentuk melalui proses yang mendewasakan, ada proses yang tampak, tapi ada juga proses yang mungkin ga semua orang tau, hanya Tuhan dan dinding kamarmu yang jadi saksi bisu.

Yang akhirnya dipisahkan pada kelulusan.

Terima kasih untuk setiap kenangan dan memori yang telah tertulis. Beberapa mungkin pahit, tapi aku yakin banyak yang manis. Seperti senyum pasca Comspire, tangis dan haru setelah Gelmab, atau bahkan teriakan saat keluar ruang sidang.

Intinya, buku, pesta, dan cinta akhirnya sampai di bab terakhir. Tak mungkin ini jadi sekuel. Emang mau SIMAK lagi?

Tapi satu hal yang aku yakin, di setiap perpisahan ada awal yang baru.
Pada akhirnya, lembaran memang harus berlalu.
Tapi selalu ingat, akan ada selalu bagian terbaik dalam setiap buku.
Aku harap, Komunikasi 2015 menjadi salah satu.



Sampai jumpa nanti, kawan!

Komentar

  1. Инстраграмм являться самой популярной площадкой для продвижения своего бизнеса. Но, как показывает практика, люди гораздо чаще подписываются на профили в которых уже достаточное количество подписчиков. В случае если заниматься продвижение своими силами, потратить на это вы можете очень немало времени, потому гораздо лучше обратиться к специалистам из Krutiminst.ru по ссылке http://jcr-red.npa2009.org/spip.php?page=article&id_article=181

    BalasHapus

Posting Komentar

Yuk, berikan kritik dan komentar!

Postingan populer dari blog ini

Pelangi

Guru-guru di hari buruk Senin T.T

Kesadaran Menjaga Alam itu Tumbuh saat Kuliah

Beruntung